Ilustrasi.
MEUREUDU - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya, Ir Puteh A Manaf, mengeluarkan peringatan siaga bencana banjir dan longsor yang sangat berpotensi terjadi dalam bulan ini, seiring kembali meningkatkan curah hujan diikuti naiknya debit air sungai secara drastis.
“Pemkab Pijay telah mengeluarkan surat edaran (SE) penetapan Status Siaga Darurat Bencana Banjir dan Longsor, ber-nomor 363/2016 yang diterbitkan 1 November 2016, ditandatangani Bupati Pijay, H Aiyub Abbas,” ungkapnya, Rabu (16/11).
Penetapan siaga daurat wilayah Pijay ini diberlakukan selama 100 hari (1 November 2016 hingga 8 Februari 2017), merujuk surat Gubernur Aceh nomor 360/17446, tentang antisipasi bencana banjir dan tanah longgor, serta surat Kepala badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Indrapuri-Aceh Besar, perihal rekomendasi iklim di Kabupaten Pijay hingga tiga bulan ke depan.
Surat Edaran ini pun sudah diteruskan kepada semua camat dan keuchik di 222 gampong di Pijay. “Kami mengimbau masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) agar waspada potensi banjir dan longsor di sepanjang dinding sungai, atau jebolnya bangunan irigasi,” ujarnya, Rabu (16/11).
Selain itu, hujan dan angin kencang juga meningkatkan kerawanan terhadap tumbangnya pepohonan yang dikhawatirkan menimpa rumah warga. Untuk itu diperlukan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat menghadapi ancaman bencana yang terjadi hampir setiap tahun ini.
Wilayah kabupaten Pijay dialiri sejumlah sungai yang rawan banjir. Yaitu, Krueng Jeulanga dan Krueng Kiran di Kecamatan Bandardua, Krueng Ulim di Kecamatan Ulim, Krueng Meureudu yang membelah Kecamatan Meureudu dan Meurahdua, Krueng Beuracan yang membelah Meureudu dengan Kecamatan Trienggadeng. Disusul Krueng Panteraja di Kecamatan Panteraja, serta Krueng Putu di Kecamatan Bandarbaru.
Sejumlah warga yang tinggal sepanjang DAS Krueng Meureudu, Krueng Ulim dan Krueng Beuracan Meureudu yang dihubungi Serambi secara terpisah, kemarin mengaku khawatir air sungai mendadak naik saat malam hari saat warga sedang terlelap.
Warga di kawasan Ulim dan Kecamatan Trienggadeng, juga melaporkan bahwa tambak warga banyak yang hancur akibat hujan deras yang bersamaan dengan pasang purnama yang menaikkan air laut, pada Selasa (15/11) malam. Namun hancurnya pematang tambak sepanjang ribuan meter ini belum mendapat penanganan.
Akibat intensitas hujan tinggi di pegunungan dalam wilayah Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, menyebabkan dua irigasi jebol. Akibatnya, selain merendam permukiman, ratusan hektare sawah juga terancam gagal tanam tahun ini.
Musibah seperti ini sudah beberapa kali terjadi dalam tahun ini. Padahal, petani di daerah itu saat ini sudah bersiap-siap memasuki musim tanam (MT) rendengan. Bahkan, sebagian areal sawah yang sudah melakukan penyemaian, benih padi yang mulai tumbuh pun hilang akibat tersapu air bah dari irigasi yang jebol.
“Dengan jebolnya irigasi ini, maka petani terpaksa harus menunggu selesainya perbaikan irigasi untuk bisa menggarap kembali sawahnya,” kata Camat Tangse, Ir Jakfar, Rabu (16/11).
Dua bangunan irigasi yang jebol ini yaitu irigasi Lhok Meurawan Blang Dhot dan irigasi Blang Bungong.
Saluran irigasi ini merupakan sumber air utama untuk pengairan sawah di Gampong Layan, Ranto Panyang, Blang Dhot, Pulo Baroh, Blang Bungong, Blang Jeurat dan sekitarnya.(aya)