Launching
Meureudu - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pijay, Munawar Ibrahim, S.Kp.,MPH mengatakan, terhambatnya arus informasi pasca bencana gempa bumi tahun lalu, telah menyebabkan data korban menjadi simpang siur. Informasi kebutuhan pengungsi menjadi tidak jelas. Sedihnya lagi, tindakan medis terhadap korban terlambat serta pada gilirannya penyaluran bantuan pun menjadi tidak maksimal, akibat Simpul Jaringan Informasi Geospasial dan Konekvitas terputus.
Hal tersebut disampaikan Munawar Ibrahim dalam laporannya pada Launching Program Kebijakan Satu Basis Data Bencana Berbasis Informasi Geospasial, Rabu (14/6), di Aula Kantor Bupati setempat yang dibuka Bupati Pidie Jaya, H. Aiyub Abbas.
“Akibat ruang laboratorium GIS dan konektivitas terputus, ketersediaan informasi peristiwa gempa bumi dan wilayah yang terkena dampak, sama sekali tidak tersedia di lokasi. Beberapa kelemahan seperti pada penyaluran batuan, tenda darurat dan ketersediaan informasi publik, menjadi catatan penting sekaligus perlu pendapat perhatian, andainya musibah serupa kembali terhadi,”tandas Munawar.
Ditambahkan, salah satu masalah yang sangat seriur untuk tindak lanjuti seiring dengan rencana aksi kegiatan rehab-rekons adalah tidak tersedianya data yang memadai untuk mendukung kegiatan ini. Data-data yang berserakan dan tidak standar menyulitkan proses penyusunan rencana aksi. Karenanya, melalui Launching program satu basis data bencana berbasis informasi geospasial, diharapkan semua dinas terkait bekerja keras menangani persoalan, sehingga datanya menjadi valid.(ag)